Bila diperhatikan, pemain fingerboard cukup menggunakan kedua jari telunjuk dan tengah untuk menggores, membolak-balik, memutar dan sesekali meloncat-loncatkan papan mini beroda empat di sebuah perlintasan luncur. Namun, ada teknik-teknik tertentu yang menantang para komunitas fingerboard ini harus jeli membidik di berbagai perlintasan.
"Memang tidak ada risiko seperti kalau kita main skateboard, tapi yang satu ini lebih menantang daya kreasi," tutur Yoda, salah satu anggota komunitas fingerbord "Planktoon" saat berbincang dengan detiksurabaya.com di salah satu mall di Jalan Jend A Yani, Senin (27/6/2011).
Permainan yang berasal dari Amerika ini memang unik. Cukup dengan memiliki papan luncur berukuran 10x3 cm yang lengkap dengan foam tape dan empat roda, para pemainnya sudah bisa unjuk gigi. Papan yang terbuat dari kayu maple yang di-import langsung dari Kanada ini memang cukup lentur untuk kebutuhan teknik spin hingga switch hell.
Teknik spin yang dimaksud yakni berputar di udara hingga 360 derajat. Bayangkan hanya dengan dua jari (telunjuk dan jari tengah) seringkali merupakan hal yang mustahil untuk melakukan putaran 360 derajat. Lain halnya dengan teknik spin dalam skateboard yang menggunakan seluruh anggota badan untuk melakukan teknik ekstrem yang satu ini.
"Jangan salah, karena tantangannya beda dengan permainan skateboard, fingerboard ini dimainkan berbagai umur, mulai dari bapak-bapak sampai anak-anak SMA," tutur pria yang berkuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya.
Sementara dia sendiri baru saja mengenal permainan fingerboard sejak setahun terakhir. Teknik dasar skateboard yang ia miliki sebelumnya, membuatnya makin tertarik bermain fingerboard untuk latihan ringan.
Bahkan setiap weekend, ia bersama komunitasnya berkumpul di Taman Bungkul ataupun di lapangan BMX yang ebrsebelahan dengan lokasi Monkasel untuk sekedar bermain dan memamerkan teknik baru yang ia kuasai.
Tak heran bila komunitas fingerboard kini makin bertambah. Selain tidak berisiko kecelakaan fisik yang parah, harga papan mini yang digunakan juga cukup terjangkau. Di Indonesia khususnya di Surabaya hanya dibandrol Rp 700 ribu hingga Rp 260 ribu tergantung bahan kayu yang digunakan.
(nrm/fat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar